Studi Non Formal Ala Ramadan, HMJ SPI UIN SMH Banten Gelar Kegiatan SPI Mengkaji.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on tumblr

Sabdanews.net, Serang Raya –  Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (HMJ-SPI) menyelenggarakan kegiatan diskusi dan kajian seputar ramadhan secara daring atau disebut SPI Mengkaji selama bulan ramadhan. Diskusi dan kajian ini diselenggarakan empat kali dalam satu bulan dan diselenggarakan pada akhir pekan.

 

Dalam diskusi tersebut, dibagi dalam empat tema khusus yakni, minggu pertama membahas tentang Sejarah Bulan Ramadan yang langsung disampaikan oleh Dr. Maftuh Ajmain, M.Si via virtual sebagai dosen UIN SMH Banten. Pada Minggu kedua, tema yang dibahas yaitu berkenaan dengan Fiqih Seputar Ramadan yang disampaikan langsung oleh Dr. H. Mohammad Shofin Sugito, M.A. pada minggu ketiga, tema yang dibahas adalah tentang Nuzulul Qur’an oleh Agus Dzawafi Ali, M. Fil. Pada minggu terakhir, yaitu berkenaan dengan Lailatul Qadar yang disampaikan oleh Hafidz Taqiyuddin, M.A.,Hk.

Baca juga  PP IMC Desak WH Cabut Laporan Terhadap Buruh dan Naikan UMP 2022

 

“Dengan masuknya bulan Ramadan, kita sebagai umat muslim sudah mestinya terus melatih diri, salah satunya dengan melatih nalar intelektual sebagai refleksi diri di bulan Ramadan. Kegiatan SPI Mengkaji ini diselenggarakan untuk terus menjaga daya nalar keilmuan kita sebagai umat muslim dan juga sebagai bentuk menjaga ketakwaan kepada Allah Swt.”, Tandas Fahmi Idris selaku Ketua Pelaksana SPI Mengkaji saat diwawancara tim sabdanews. Minggu, (02/05/2021).

Baca juga  Mu'jijah Mahasiswa Kandidat Doktor S3 UGM : Mahasiswa, Tugas dan Nilai

 

Senada dengan pernyataan di atas, Naufal Fawwaz Dzaki, Ketua HMJ SPI UIN SMH Banten menegaskan bahwa sebagai generasi muslim tidak boleh lelah dalam menuntut ilmu di manapun, kapanpun dan siapapun.

 

“Dalam menuntut ilmu kita tak kenal di mana kita harus berada dan siapa yang menyampaikan. Jika kita meminjam kalimat Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hadjar Dewantara bahwa semua tempat adalah sekolah dan tiap orang adalah guru. Kiranya hal itu cukup bagi kita untuk terus menuntut ilmu di manapun dan kapan pun kita berada”, ujarnya.

Baca juga  Yahya Cholil Staquf Katib Aam PBNU Ajak Mahasiswa PTKI Tangkal Ekstrimisme & Radikalisme

 

ASR

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mari inspirasi dunia dengan pandangan brilianmu bersama Sabdanews!