Saya Mengenal Muhammadiyah

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on tumblr

Oleh:

Khoirul Umam

Mantan Ketua IPM

 

Sabdanews.net, Biografi – Terlahir dari keluarga yang cukup moderat (dalam pemahaman aliran Islam) orangtua saya yang dalam keseharian menjalankan syariat Islam menganut Faham Syafi’iyah (walau bukan NU) karena orang tua saya tidak pernah tercatat sebagai pemilik Kartu Anggota NU apalagi pengurus, tapi dalam pendiriannya mereka memegang keyakinan kalau ngaji di pesantren Salafy tapi kalau sekolah di Muhammadiyah. Itu yang saya tangkap dari pendirian Bapak saya, yang hanya Kepala Madrasah Ibtidaiyah di kampung.

Kelas 4 SD di kampung, saya dimasukkan ke Pesantren dekat rumah dan sekolah, tapi bukan santri kalong (istilah lain tidak nginap di pondok setiap hari), saya pulang ke rumah tiap hari Sabtu sore ke rumah sambil bawa baju kotor buat dicucikan ibu saya, Minggu sore saya balik lagi ke pondok begitu setiap harinya sampai lulus SD.

Masuk SMP negeri masih di kampung walau agak jauh di kecamatan, saya pun kembali dimasukan ke pondok Salafy hingga lulus SMP 3 Tahun.

Pelajaran di pesantren, Kitab ‘alat : Jurumiyah, Nahwu, Shorof, Matanbina, ‘Awamil, Alfiah dll. Baca Al-Qur’an dan ilmu Tajwidnya, Hidayatul Mustafid, Asmuni hingga tafsirnya, Tafsir Jalalain yang tebal itu hingga Tafsir Munir, dalam ilmu Fiqh nya, dari Kitab Taqrib, Syafinatunnaja, dan Syarahnya Kasyifatussaja dan puluhan kitab kuning lainnya. Kitab-kitab Hadits dari Hadist Arbai’n, Mukhtarol Hadist, Durratunnasihkin dan banyak lagi yang tebalnya gak selesai di baca sebulan. Belum lagi kitab2 tentang ilmu-ilmu Akhlaq, Akhlaqul libanin hingga Taklim Mutaklim.

Baca juga  Jumat Berkah: Buah Sedekah Orang Hidup kepada Orang yang Sudah Meninggal

Semua tradisi pesantren yang umumnya di pesantren NU saya ikuti tanpa tertinggal, Tahlilan, ngeriung, muludan, Ziarah ke Makam Waliyullah dan Aulia, puasa Sunnah hampir sering saya lakukan, Senin dan Kamis, puasa Laduni yang 7 hari mutih (makan nasi putih, lauk yang tidak bernyawa, dan minum air putih) bahkan yang 40 hari dan hari terakhir ‘Mati Geni’ sudah pernah saya lakukan, bahkan Puasa dengan wiridan sepanjang malam, Asror dan Hijib (yang ini khusus).

Semasa SMP saya berkeinginan masuk ke STM Nurtanio Milik BJ Habibie yang di Bandung, dari informasi yang saya dapat saat itu memang sekolah keren dan beken karena sedang Trend nya Pak Habibie sang Genius itu memproduksi pesawat terbang, tapi gak kesampaian karena nilai ebtanas murni (NEM) saya kurang.

Kakak saya akhirnya mendaftarkan saya ke SMA Muhammadiyah Serang karena sebelahan dengan sekolah Kakak saya di MAN 1 Serang, dan karena saya dari kampung jauh ke kota saya kembali di masukan ke pesantren Athahiriyah yang saat itu cukup bagus karena sistem pesantrennya mengikuti perkembangan zaman, dan santrinya semua sekolah dan kuliahdi luar Pondok dan termasuk Kakak perempuan sayabyang sudah kuliah juga menjadi Ustadzah di sana.

Baca juga  Sambut Baik UICI, Presiden Jokowi Sebut UICI Perguruan Tinggi yang Inovatif

Sekolah di SMA Muhammadiyah tidak menjadi kontradiktif dengan keseharian saya sebelumnya secara culture keagamaan yang salafiyah, pelajaran Agama Islam di Muhammadiyah saya terima sebagai sebuah khilafiyah dalam fiqh dan justru memperbanyak khazanah keilmuan saya di bidang Fiqh.

Menginjak kelas 2 SMA tahun 1994 teman-teman memilih saya menjadi Ketua OSIS nya yang dalam aturan di Muhammadiyah menjadi Ex Officio sebagai Ketua IPM/IRM di luar jam Sekolah, di sini banyak ilmu organisasi saya dapat, mengikuti training perkaderan Taruna Melati I dan II saya ikuti semuanya. Menjadi Ketua OSIS sekaligus IRM/IPM membuat saya banyak bertemu orang, dari yang biasa saja hingga Tokoh.

Umumnya anak-anak SMA kala itu, saya pun tidak ketinggalan bersama mereka, nongkrong dan merokok menjadi kebiasaan (kenakalan remaja) tapi sekolah dan mondok tetap jalan bahkan tauran antar geng bahkan antar sekolah juga pernah ikut (Biar Gaul) kalau di kalangan pelajar di jalanan Anak – anak SMA Muhammadiyah dikenal nama geng nya DOS-Q 45. (diambil dari nama alamat sekolah) Jl. Empat Lima. Tapi walaupun begitu kami punya prestasi di berbagai bidang, Pramuka beberapa kali menjadi Juara Scouting Rally, Juara Turnamen Bola Volly Brimob Cup, Paskibra Tingkat kabupaten Serang, bahkan Lomba Band Antar Pelajar bareng Group Band Hits saat itu U-Camp.

Baca juga  Asal Muasal Istilah Ngabuburit Saat Bulan Puasa

Trand baju dan potongan rambut juga gak mau kami ketinggalan, sepatu capung, dok martin, celana cut bray dan potongan rambut caplin yang khas kalau pagi dengan minyak rambut yang klimis.

Menjadi siswa di SMA Muhammadiyah banyak forum dan sarana mengembangkan kreatifitas dan potensi diri, tahun 94-95 saat itu Pak Amin Rais sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah berkesempatan hadir dan mengunjungi Sekolah kami.

SMA Muhammadiyah Serang telah banyak melahirkan Lulusan terbaik dan menjadi Tokoh, baik di pemerintahan maupun di masyarakat, tak kurang Alm. H. Mamat Rahayu Abdullah Ketua Golkar Pertama di Banten dan Anggota DPR RI beberapa periode adalah alumni SMA Muhammadiyah Serang, belum lagi yang lainnya, teman saya seangkatan pun sudah banyak mencapai goal kariernya, bidang keilmuan juga sudah banyak yang menjadi Doktor ( S3 ).

Sebagai alumni dan Anggota Muhammadiyah saya berharap SMA Muhammadiyah Serang tetap Eksis di tengah masyarakat, mendidik ummat dan bangsa, dan Sang Surya tetap bersinar.

 

(Red)

 

Share on facebook
Facebook
Share on whatsapp
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mari inspirasi dunia dengan pandangan brilianmu bersama Sabdanews!