Sabdanews.net, Opini – Setiap dari kita terlahir dengan sebuah tujuan (purpose). Sesuatu yang menjadi alasan keberadaan (raison d’etre), tujuan diciptakan, dan asa perjuangan. Kita bisa menyebutnya khittah. Kita juga dapat menggunakan istilah Himmah.
Khittah artinya garis besar perjuangan. Dalam Khittah terkandung konsepsi (pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah perjuangan. Khittah mempunyai arti penting karena menjadi landasan berpikir [pemikiran] dan beramal [pergerakan].
Himmah adalah gejolak yang terus bergelombang, bagaikan angin puyuh yang bergulung-gulung. Dia adalah lompatan ke puncak, dan terbang ke angkasa. Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan himmah (semagat tinggi) dalam menjalaninya.
Himmah adalah hati yang bergejolak, jiwa selalu yang bergejolak, cita-cita yang memandang jauh kedepan. Barang siapa yang dikarunia Himmah, maka semangatnya akan membawa dirinya berkelana walaupun dia tinggal di tempatnya.
Sahabat saya, Saudara seperjuangan saya, Ketua PW PRIMA Banten, Dr. Efi Afifi, mengatakan, kita membutuhkan untuk memiliki Himmah dan Azimah. Jika himmah adalah seperti pengertian di atas (Gejolak/semangat), maka Azimah adalah kebulatan Tekad. Saya menambahkan; setelah Himmah juga Azimah, kita membutuhkan Wasilah atau Tariqah. Setelah Tekad dan Semangat (Juang), kita perlu menemukan wadah perjuangan dan platform unik yang dengannya kita mencurahkan energi dan sumberdaya yang kita punyai untuk meraih cita dambaan yang dituju.
Tentang PRIMA DMI
PRIMA DMI adalah wasilah tersebut. Sebagai anak kandung / badan otonom dari DMI yang concern pada penumbuhkembangan serta pendidikan dan pembinaan kader kader masjid, PRIMA DMI terus menapaki eksistensinya meski masih belia. Di usianya yang belia ini, menurut Sekjen PP DMI, Dr. Imam Addaruqutni, PRIMA DMI masih harus berkutat menemukan jawaban atas pertanyaan HOW TO EXIST? Bagaimana PRIMA DMI bisa terus hadir, eksis dan mewarnai ekosistem lingkungan di mana ia berada.
Di usianya yang kini menginjak 7 tahun, kiranya kita bisa mengevaluasi bersama, seperti apa EKSISTENSI PRIMA DMI hingga kini? Apa ukuran eksistensi organisasi kita ini – apakah sekedar “ada” di sosial media; apakah hanya muncul ketika terdapat agenda nan acara; ataukah kita meng-hadir-kan diri di komunitas lokal, remaja masjid dan masjid sebagai “homebase perjuangan”?
Saya mengatakan sejatinya keberadaan (Eksistensi) PRIMA DMI ditentukan dari keberadaan Spirit Keberprimaan yang kita letupkan dan bagi juga jaga nyalanya bersama. Apakah spirit itu hadir ketika terjadi bencana alam, hadirlah PRIMA Peduli dan Satgas Bencana, apakah spirit itu mengemuka dalam memaknai hari hari besar nasional dan agama?, apakah spirit itu terbersit dalam relasi sosio-organik dengan lingkup organisasi lainnya?, hingga dalam gerak laku dan langkah kongkrit kita dalam mengaktualisasikan program dan inisiatif yang PRIMA DMI lahirkan dan emban pada berbagai tingkatan?
Spirit ini lah yang menjadikan remaja masjid untuk bisa terus bergerak! Bergerak karena perubahan keadaan. Bergerak karena dinamika dan momentum kehidupan. Bergerak karena mengarahkan langkah dan memfokuskan perhatian pada cita cita idealisme tujuan.
Bergerak tak selalu berarti berpindah tempat, meski pemandangan paling lazim bagi suatu “organisme” adalah merubah titik titik keberadaan yang didiaminya. Bergerak dimulai dari sebuah NIAT. Sebuah niat bisa hadir karena suatu KETERPANGGILAN. Keterpanggilan ini hanya terdengar oleh mereka yang memiliki BARA KEPEDULIAN dan PERCIKAN PERHATIAN. Keduanya adalah ekspresi dasar atas Himmah dan Azimah tersebut.
Milad ke-7 PRIMA DMI
Maka, memaknai harlah ataupun milad ke-7 PRIMA DMI, marilah kita memancangkan sebuah resolusi: agar kita semua (pimpinan, pengurus fungsionaris, kader aktivis dan para simpatisan) dapat ikut BERGERAK dan MENGGERAKKAN RODA ORGANISASI – sesuai dengan titik pivot pergerakan kita, sesuai dengan peran dan penempatan kita, asal kita bergerak seirama : mesin ini akan berputar mulus, menghasilkan daya, dan mampu mengantar kita kemana saja.
Keberdayaan adalah sebuah prinsip kerja; suatu tatanan etos keorganisasian. Berdaya bukan karena terperdaya, memperdayai atau tak berdaya. Berdaya menandakan adanya POTENSI ALAMI yang telah ditemukan besarannya, kemudian melalui serangkaian proses interaksi dinamis konstruktif potensi ini berubah menjadi ENERGI MASIF yang membawa sebuah nilai guna dan kemanfaatan. Tak ubahnya sebuah pelita yang lahir dari percikan reaksi kimia antara potensi “minyak” dan “katalis pembakar”. Tiada beda dengan nyala lampu terang yang terbangkitkan melalui aktivasi potensi muatan listrik yang dialirkan dengan tertata, terjaga dan bertatanan.
Inilah cita cita kita: menjadikan pemuda remaja masjid berDAYA. Berdaya dengan cita cita tinggi nan luhur, berdaya dengan impian besar yang menginspirasi perubahan, berdaya karena niat adanya.
Di banyak titik titik tempat bernama lingkungan masjid, remaja masjid terkadang sama marginalnya dengan area kumuh, kawasan tak terurus, juga zona keterbelakangan. Ketakberdayaan juga kepapaan yang kita saksikan di sekeliling kita, bahkan di sekitar masjid kita, adalah musuh nyata dan hantu gentayangan yang harus kita eradikasi.
Berdaya juga mengimplikasikan adanya kultur budidaya. Seperti sebuah lampu bergantung pada keberadaan jaringan grid kabel listrik yang majemuk ~ seperti itu pula kita mesti merayakan keragaman kita meski dipersatukan dalam Tariqah PRIMA. Sebuah kultur adalah elementer bagi eksistensi dan lahirnya sebuah peradaban – sebuah tatanan dan bangun model kehidupan yang berpilin, bertaut dan teranyam indah dan saling memperat.
Maka, marilah kita bersama sama menghujamkan ke dalam jiwa (spirit) kita sendiri: dalam nuansa hati-akal-dan-jiwa yang menjadi PRIMA, kita tanamkan benih benih cita cita yang tinggi dan luhur ( Himmatul Aliyah ), kita pancangkan tiang penyangga berupa kesungguhan ( Shidiqul Azimah), seraya kita berbagi unsur Tanah-Air-Madura melalui ether dan esoterisme SPIRIT Keberprimaan kita masing-masing. PRIMA DMI adalah rumah kita bersama, tempat kita mengasuh dan diasuh, wadah kita untuk bertumbuh dan berkembang.
Teringat saya pada kesan dan warisan istimewa dari KH. Ahmad Bagja :
“Sebagai rumah Allah, baitullah, masjid harus berperan penting sebagai pusat peradaban ummat. Tantangan besar bagi PRIMA DMI ialah harus dapat mempersatukan berbagai potensi yang ada di masjid. PRIMA DMI tidak dilahirkan untuk berkonflik dengan organisasi lain di masjid. PRIMA DMI justru harus merajut Ukhuwwah Islamiyyah dan Ukhuwwah Wathoniyyah diantara berbagai potensi Sumber Daya Remaja Masjid yang ada.”
Inilah spirit (roh) dan tema sentral yang semoga menghinggapi kita semua yang merayakan, mengingati dan memperingati milad PRIMA DMI di angka keramat 7 ini: Bagaimana kita mewujudkan singularitas kesatuan masjid dalam banyak warna pluralitas keberagaman dan juga variasi ekspresi keberagamaan. Hal mana apabila bisa terwujud dengan harmonis dan selaras, maka di saat itulah peradaban Islam yang kita idamkan bisa terealisasikan. Dan marilah kita melarungkan imajinasi murni jauh ke masa depan, di mana kejayaan Indonesia dan khazanah peradaban Islami di bumi nusantara lahir dari kiprah dan kontribusi Pemuda Remaja Masjid yang bernaung di dalam PRIMA DMI!.
Oleh:
Ahmad Arafat Aminullah
Ketua Umum PRIMA DMI